Peternak hamster mungkin pernah mengeluhkan kalo anakan hamsternya
kebanyakan berjenis kelamin jantan atau sebaliknya, lebih banyak betina.
Dari itu muncul pertanyaan, bisa gak sih
menentukan jenis kelamin
(jenkel) bayi hamster?
Jawabnya: bisa! Ada beberapa cara yang bisa ditempuh. Bisa dengan
cara mengatur suhu ruangan dan cahaya, bisa dengan asupan nutrisi, dan
percaya atau tidak, bisa dengan gelombang elektro magnetik dari ponsel!
Mengatur Suhu dan Cahaya
Sudah lama dikabarkan bahwa pengaturan suhu ruangan tempat hamster
dipelihara, bisa mempengaruhi perbandingan jenis kelamin (sex rattio)
anakan hamster. Sayangnya, kebanyakan tulisan di internet soal cara itu,
tidak mencantumkan hasil penelitian ilmiahnya, meskipun cara demikian
memang benar.
Kristen Navara, seorang pakar Reproductive endocrinologist dari
University of Georgia di Athena, Yunani, belum lama ini mengumumkan
hasil penelitian ilmiahnya selama 10 tahun mengenai iklim dan jenis
kelamin anak manusia.
Manusia yang tinggal di daerah dingin dan cahaya matahari sedikit,
akan melahirkan lebih banyak anak laki-laki (51.3%), ketimbang mererka
yang tinggal di daerah tropis yang kaya sinar matahari (anak laki-laki
51.1%).
Penelitian Navarra berawal ketika sebelumnya ia meneliti pengaruh
suhu dan cahaya terhadap sex ratio hamster winter white. Hasilnya, WW
yang dipelihara dengan suhu ruangan rendah dan kurang cahaya, akan
melahirkan lebih banyak anak jantan, dan begitu juga sebaliknya.
Pengaruh suhu dan cahaya terhadap sex ratio sebelumnya sudah
diteliti pada reptil. Telur buaya yang disimpan pada suhu di bawah 30°C
akan menghasilkan bayi betina. Sementara telur yang diinkubasi pada suhu
di atas 34°C akan menghasilkan bayi jantan.
Tapi agak berbeda dengan kura-kura. Justru pada suhu yang lebih
rendah/dingin (antara 22.5°- 27 °C), akan menghasilkan anak jantan, dan
pada suhu sekitar 30°C akan menghasilkan betina.
Mengatur Asupan Nutrisi
Penelitian tahun 2004 yang dilakukan oleh Cheryl S. Rosenfeld dan R.
Michael Roberts, dari Departments of Animal Sciences,Biomedical
Sciences, and Biochemistry, di University of Missouri-Columbia, AS,
menemukan bahwa jenkel hamster bisa ditentukan berdasarkan usia indukan
dan asupan nutrisinya. Hamster yang diberi makan banyak lemak dan
rendah karbohidrat, akan melahirkan lebih banyak anak jantan. Begitu
juga sebaliknya.
Penelitian sama pernah dilakukan beberapa ilmuan. Misalnya, Rivers J,
Crawford M. pada 1974 yang meneliti tikus. Indukan yang diberi makan
rendah lemak akan menghasilkan rasio 1:3 (1 jantan : 3 betina).
Sebaliknya, jika nutrisinya dibuat seimbang, maka rasionya menjadi 1:1.
Pada penelitian yang dilakukan Cheryl dan Michael, indukan yang
diberi asupan rendah lemak, akan mengasilkan banyak anak betina, dan
ukurannya pun lebih kecil dari ukuran normal.
Penelitian lain dari Meikle dan Drickamer pada 1985, mengungkapkan
bahwa stok makanan juga mempengaruhi jenkel. Hamster liar di alam,
maupun hamster di lab, yang kekurangan stok makanan seminggu sebelum
dikawinkan, akan melahirkan lebih banyak betina. Pemberian makan
sesekali saja, baik sebelum maupun sesudah kawin, lebih banyak
menghasilkan betina.
Penelitian Meikle dan Drickamer lainnya menemukan bahwa pemberian
asupan nustrisi yang tinggi kadar sodium dan potassiumnya, dan rendah
kadar kalsiumnya, juga berpengaruh pada sex ratio.
Yang menarik, penelitian Weathersbee PS, Ax RL, dan Lodge JR pada
1975 menemukan bahwa hamster yang diberi asupan caffeine, cenderung
menghasilkan lebih banyak betina.
Penelitian terbaru dimuat si Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research Vol 5, Issue 1, 2012. Penelitian dilakukan oleh S.
CHANDRAJU1, ASHRAF BEIRAMI dan C.S. CHIDAN KUMAR dari Department of
Studies in Sugar Technology, University of Mysore, Tubinakere, India.
Penelitian ini mencoba mencari tahu efek Sodium dan Potassium dalam
produksi bayi hamster, dan kaitannya dengan penyakit bawaan diabetes.
Mereka melibatkan 36 ekor hamster yang dibagi menjadi tiga kelompok.
Pada setiap kelompok, perbandingan indukan jantan dan betina sebesar
1:5.
Kelompok pertama adalah hamster yang dibuat mengidap diabetes dengan
sodium dan potassium. Kelompok kedua, adalah hamster yang tidak mengidap
diabetes namun diberi asupan sodium dan potassium. Kelompok ketiga
adalah hamster sehat yang dijaga nutrisinya agar tidak mengasup sodium
dan potassium.
Hasilnya, pada kelompok pertama, rasio jantan-betina sebesar 4:1,
kelompok kedua sebesar 3,6:1, dan kelompok ketiga sebesar 1,02:1. Hasil
lainnya, kelompok hamster yang tidak mengidap diabetes, dan diberikan
asupan seimbang tanpa kadar sodium dan potassium, menghasilkan jumlah
anak yang banyak. Hal sebaliknya terjadi pada kelompok pertama.
Data lengkapnya, Kelompok I menghasilkan 50 anak (40 jantan, 10
betina), Kelompok II 70 anak (55 jantan, 15 betina), dan Kelompok III 83
anak (42 jantan, 41 betina).
Pengaruh Gelombang Elektro-Magnetik
Siapa bilang orang Iran cuma sibuk membangun industri nuklir?
Buktinya, Habib Aghdam Shahryar, dari Department of Animal Science,
Islamic Azad University, Shabestar, Iran, pada 2010 lalu mengumumkan
hasil penelitiannya mengenai efek gelombang elektro-magnetik terhadap
hamster Syria.
Ia menggunakan gelombang elektro-magnetik sebesar 900MHz, yang
umumnya dipancarkan dari sebuah ponsel. Ia berangkat dari penelitian
James, W.H. pada 1986 yang meneliti pengaruh gelombang elektro-magnetik
terhadap hormon yang mengontrol jenkel anak manusia . Hasilnya, ibu
hamil yang terpapar sering gelombang elektro-magnetik akan melahirkan
anak perempuan.
Ia juga berangkat dari penelitian Zadeh dan Briggs dari Royal College
of Surgeons of England, pada 1997, yang menemukan bahwa mereka yang
bekerja di bagian radiologi dan tehnisi pembedahan di rumah sakit
(keduanyan terpapar radiasi ionizasi), akan menghasilkan lebih banyak
anak perempuan.
Nah, si Habib memulai penelitian pada mamalia non-manusia. Ia memilih
hamster Syria sebagai obyeknya. Ia mengumpulkan 26 pasang Syria yang
dibagi dua grup. Grup I, setiap kandang dari ke-13 pasang dilapisi
kertas aluminum dan terpapr gelombang elektro-magnetik dari antena
ponsel Sony Ericsson seri K750i, dengan jaringan GSM 900 MHz.
Paparan gelombang elektro-magnetik itu diberikan terhadap jantan,
sejak masih muda sampai masa kawin. Paparan gelombang diberikan selama 1
jam setiap hari.
Sementara itu, grup II dipelihara di ruangan berbeda dan jauh dari pengaruh paparan gelombang elektro-magnetik.
Hasilnya, radiasi gelombang elektro-magnetik dari ponsel mempengaruhi
level hormon testosterone jantan, dan sukses merusak kromosom Y.
Akibatnya, jumlah anakan jantan menjadi jauh lebih sedikit.
Bukan cuma jenkelnya, tapi juga jumlah anaknya. pasangan yang
terpapar radiasi ponsel, akan melahirkan anak yang lebih sedikit
ketimbang yang bebas dari radiasi.
Source:HFG-Friends dan berbagai sumber.