Penelitian R. Robinson
Penelitian ini sebenarnya dilakukan untuk mengetahui apakah ada
keterkatian antara mutasi Albino (c, atau cc) dengan mutasi Argente (p
atau pp). Keduanya adalah mutasi dari Agouti/Normal secara
alamiah.
Kedua mutasi gen ini dipastikan karakternya adalah resessive to normal.
Dalam pengertian bebasnya, jika digabungkan dengan gen normal/agouti,
maka sifatnya resesif (tidak akan tampak pada fenotifnya) kecuali
sepasang alel bertemu dari warisan masing-masing indukan.
Albino dipastikan bermutasi secara sempurna (complete mutation).
Artinya, sama sekali tidak menampilkan ciri warna/corak fisik dari
Agouti. Sementara Argente masih membawa garis punggung/dorsal, dan
scallops atau pola sisi dari agouti. Mutasi warna mata dari hitam ke
merah, membuat argente disebut sebagai pink-eyed dilution.
Robinson memastikan bahwa Albino memang merupakan mutasi. Ia membuktikannnya dengan proses persilangan.
- F0 albino x agouti menghasilkan anakan F1 = 58 agouti
- F2 (Inbreed F1) menghasilkan = 124 Agouti dan 51 albino (ini tak jauh beda
rasio 3:1 pd pertemuan gen resesif)
- Jika Anakan F1 dibackcross ke induk albino, menghasilkan = 78
agouti dan 90 albino. (ini tak jauh beda dgn rasio 1:1 pd pertemuan gen
resesif)
Mutasi Argente juga dibuktikan dengan hasil uji coba lab:
- F0 Argente x Agouti menghasilkan anakan F1 = 51 Agouti
- F2 (Inbreed F1) menghasilkan = 68 Agouti dan 17 Argente (ini tak jauh beda
3:1 pd pertemuan gen resesif)
- Jika anakan F1 dibackcross ke induk Argente, menghasilkan = 110
agouti dan 98 argente (ini tak jauh beda dgn rasio 1:1 pd pertemuan gen
resesif)
Robinson (kek nama tetangga gw dari Sumatera Utara, tinggal di gang
sebelah) lantas mencari tau apakah kedua gen yang bermutasi ini ada
keterkaitannya satu sama lain. Sebab, terjadinya mutasi gen albino dan
pink-eyed dilution merupakan bentuk mutasi yang sudah umum terjadi pada
gen warna bulu mamalia lainnya.
Mutasi gen warna bulu pada mamalia, termasuk rodent, diasumsikan mewakili apa yang disebut dengan transspecies homologous loci (Robinson
1970; Searle 1968). Asumsi ini didukung oleh adanya keterkaitan antara
loci-loci (atau slot-slot kromosom) pada 5 spesies rodent. Hasil
penelitian menyimpulkan ternyata tidak ada keterkaitan antara gen c dan p
pada hamster.
Mutasi yang terjadi pada loci C dan P juga
diketahui ada pada guinea pig (marmut). Sama dengan mutasi albino dan
argente pada spesies rodent, pada marmut juga tidak ada keterkaitan
antara kedua mutasi itu. Namun pada marmut ada alasannya, yakni jumlah
kromosom marmut lebih besar (32 kromosom), beda dengan kromosom lima
spesies rodent yang rata-rata hanya 20-24 kromosom.
Robinson menyimpulkan, tidak adanya keterkaitan antara albino (C) dan argente (P) pada
spesies dwarf hamster tidak terjelaskan secara utuh jika melihat dari
terminologi atau dari sudut perbedaan jumlah kromosom. Itu karena jumlah
kromosm Campbell sebetulnya juga cukup banyak, 28 (Pogosiantz and
Bruyako 1967), dan mayoritas kromosom campbell itu metasentrik. Itu
sebabnya ada kemungkinan peleburan antara dua gen (kombinasi c dan p)
tidak terjadi.
Ada dua penjelasan lain: 1. Kedua Loci memang terdapat pada kromosom
yang sama namun kehilangan kaitan. 2. Alel argente (p) sebetulnya tidak
berada pada locus yang sama (locus P untuk fenotip warna) dengan alel
albino (c), melainkan berada pada locus lain yang memproduksi fenotip
yang serupa. Nah, loci-loci tiruan seperti ini ternyata ada juga pada
beberapa spesies rodenty yang berbeda (Leiper and Robinson 1986;
Robinson 1973).
Pembuktian bahwa kedua mutasi gen ini tidak saling terkait, dilakukan dengan uji lab:
Awalnya dilakukan intercross, tapi disadari bahwa intercross tidak
akan mungkin menunjukkan adanya keterkaitan. Oleh sebab itu, akhirnya
dilakukan testcross yang dianggap lebih efisien.
“Breeding of the double recessive c/c p/p enabled a
complementary coupling intercross to be made and, ultimately, the more
efficient coupling and repulsion phase testcrosses.”
“Double recessive” di sini saya artikan, menyilangkan agouti yang
sudah membawa alel c dan p dengan agouti yang juga sudah membawa alel c
dan p. Dengan kata lain, menyilangkan dua agouti yang masing-masing
membawa dua gen resesif berbeda.
Tabel di bawah ini adalah tahap persilangan pada anakan-anakan f1 (Cross and linkage phase of F1):
Phenotypes
-------------------------------------------------------------------------------------------
Cross and linkage
phase of F1 Grey Pinkeyed Albino
---------------------------------------------------------------------------------------
Intercross (c/+ +/p) 244 65 92
Intercross (c/p +/+) 120 32 52
Testcross (c/+ +/p) 126 115 230
Testcross (c/p +/+) 73 65 152
Membaca tabel ini, pemahaman gw gini..... bener gak ya? Tolong dikritisi…
- F1 (++Cc) x (++Cc) = 244 agouti (carier c), 92 albino (cc)
- F1 (++Pp) x (++Pp) = 244 Agouti (carier p), 65 Argente (pp)
- F1 (++CcPp) x (++CcPp) = 120 agouti (Carier cp), 52 albino (carier p), 32
argente (carier c)
- F1 (++cc) x (++cc) = 126 agouti, 230 albino
- F1 (++pp) x (++pp) = 126 agouti, 115 Argente
- F1 (ccpp) x (ccpp) = 73 agouti (carier cp), 152 albino (carier p), 65
argente (carier c)
Yang terang, dari hasil uji lab ini, kita bisa memperoleh pemahaman
bahwa albino memang unik. Albino bisa menutupi (masking) gen warna lain
(dalam contoh ini adalah argente), namun tidak sampai 100 persen.
Sebaliknya, jika berhadapan dengan gen agouti, Albino tidak bisa
melakukan masking.
Dalam bahasa awam, agouti yang menjadi mbahnya Albino dan Argente,
ternyata masih lebih superior ketimbang albino. Tapi albino, yang
tergolong unik pada hamster, ternyata bisa lebih superior dari warna
lain (argente, black, maupun opal).
Meskipun dua alel warna lain bertemu, jika juga ada kehadiran
sepasang alel albino, maka penampakan fisik hamster tersebut bisa
menjadi albino (yang menutupi penampakan gen warna lain). Ini berbeda
dengan Red-Eyed White (REW), maupun Black-Eyed White (BEW) yang
merupakan ekstreem platinum diluted.
Source:HFG-Friends dan berbagai sumber.