Bagi mereka yang benar-benar memelihara hamster sebagai pet, bukan sebagai komoditas bisnis, atau bukan sekadar latah nge-pet,
tentu sudah merasakan manfaat yang besar. Bukan saja mampu menenangkan
pikiran (juga batin), tetapi juga bisa melatih tanggung jawab, disiplin,
dan kecintaan kita terhadap makhluk ciptaan Tuhan.
Orang tua
yang membolehkan anak-anaknya untuk memiliki peliharaan, termasuk
hamster, juga secara tidak langsung mengajarkan mereka untuk lebih
mencintai makhluk hidup, sekaligus mengajarkan disiplin dan tanggung
jawab. Tentu kalau urusan memberi makan, membersihkan kandang, dst,
tidak dilakukan sepenuhnya oleh orang tua, ya.
Banyak studi
ilmiah yang sudah membuktikan bahwa hewan peliharaan memang mampu
meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Interaksi dengan hewan
peliharaan, terbukti mampu menurunkan tingkat stres, tekanan darah dan
kolestrol. Manfaat pet sudah diterapkan kepada pasien-pasien di rumah
sakit hingga penjara dan fasilitas psikologi lainnya.
Nah, sebuah
studi terbaru menemukan manfaat lain memelihara hamster dan hewan
peliharaan lainnya. Pet mampu membantu anak-anak penderita autisme,
memicu anak autis untuk berperilaku sosial. Bermain dengan pet ternyata
membuat mereka lebih tenang, lebih riang, dan lebih fokus.
Pertanyaannya,
apakah itu berlaku untuk semua jenis pet? Apakah hanya untuk spesies
tertentu? Atau apakah tergantung ukuran petnya?
Di waktu-waktu
lalu, para peneliti hanya menggunakan dua jenis pet, yaitu anjing dan
kuda, untuk dipelajari manfaatnya terhadap anak-anak penderita autisme.
Hanya baru-baru ini, pet lain mulai diteliti.
Sebuah
studi yang dilakukan di University of Queensland, Australia, melibatkan
99 anak-anak berusia 5 hingga 13 tahun. Sebagian adalah penderita
autisme dan sebagian anak normal. Mereka dibagi dua kelas. Satu kelas
diberi banyak mainan buatan pabrik, dan kelas lainnya diperkenalkan
dengan hamster dan guinea pigs.
Hasilnya,
anak-anak autis yang bermain dengan pet ternyata mampu bersosialisasi
dengan anak lain, ketimbang anak autis yang bermain dengan mainan
pabrik. Peningkatan perilaku sosial itu mencapai 55%. Selain itu, mereka
juga lebih sering senyum, mau bercakap, dan jarang menangis.
Studi
lain yang dilakukan di Autism Resource Center, Rumah Sakit Bohars,
Perancis, menunjukkan hasil serupa. Ketua tim peneliti, Marine
Grandgeorge, menyimpulkan juga bahwa manfaat pet akan lebih besar
terhadap anak-anak autis yang berusia 5-12 tahun.
Yang
tak kalah menarik, hasil penelitian Autism Resource Center ini juga
memastikan bahwa semua pet, apapun jenis, spesies, dan ukurannya, mampu
membantu anak-anak penderita autisme.
Nah, teman-teman,
sebaiknya mulai lebih menghargai dan merawat dengan sungguh-sungguh
hamster dan pet kita (Apalagi jika diam-diam ada yang merasa menderita
autisme, he he).
Sekadar informasi, satu dari 88 anak-anak di
AS, didiagnosa menderita Autism Spectrum Disorders/ASD (data dari
Centers for Disease Control and Prevention, 2013). Di Indonesia, jumlah
penderita ASD atau autisme pada 2013 diperkirakan lebih dari 112.000
anak (data BPS 2013). Di seluruh dunia, menurut UNESCO (2011), 6 dari
1000 orang mengidap autisme.
Source:HFG-Friends dan berbagai sumber.