Sebagian pemelihara hamster mungkin pernah mengalami induk hamsternya
yang tengah menyusui anak-anaknya tiba-tiba mati karena satu dan lain
sebab. Sebagian lainnya mungkin menemukan bayi-bayi hamsternya mati tak
lama setelah sang induk jantan (ayah) dipisahkan dari betina.
Pengalaman pribadi saya, yang merupakan uji coba dari hasil
penelitian ilmiah yang dilakukan para ahli, menemukan bahwa induk jantan
ternyata benar bisa "menyusui" bayi-bayi piatu yang ditinggal mati sang
induk.
Selama ini berkembang mitos tentang nursing father di dunia hamster.
Konon, jantan bisa menyusui anak-anak, terutama anak-anak yang ditinggal
mati oleh sang induk betina.
Benarkah?
Mitos itu ternyata kini berubah menjadi realitas berkat penelitian
terbaru yang dilakukan para ahli di Department of Biology, Queen’s
University, Ontario, Canada, oleh Katherine Wynne-Edwards dan para
koleganya. Subyek penelitian adalah Dwarf Russian Campbell.
Kesimpulan penelitian lantas dimuat di jurnal the New Scientist dan
pubmed pada edisi Mei-Juni 2010, pada rubrik "Hormones and Behaviour"
dgn judul "Nursing father- myth or reality? The role of secretions
of father-male specific skin glands in survival and of Campbell's
hamsters offspring (Phodopus campbelli).
Jantan hamster Campbell memiliki apa yang disebut dengan skin gland,
atau kelenjar kulit yang mengeluarkan cairan dan bau khusus. Kelenjar
ini terdapat pada perut jantan, ibarat pusar pada manusia. Anak-anak
hamster yang tidak bisa menyusu karena induk betina mati, ternyata bisa
survive berkat Skin Gland ini.
Katherine Wynne-Edwards melakukan beberapa hipotesa, dengan
melibatkan ratusan pasang hamster. Masing-masing kandang terdiri
bayi-bayi hamster usia 7-8 hari. Mereka dipisahkan dari induk betina
dan/atau jantan hingga usia 30 hari. Sebagian jantan diangkat/dibuang
skin gland-nya.
Hasilnya sangat mengejutkan. Tingkat survive bayi-bayi hamster yang
kehilangan induk betina namun tetap diasuh oleh sang induk jantan yang
memiliki skin gland, jauh lebih tinggi ketimbang bayi2 yang diasuh oleh
jantan yg terlebih dulu diangkat/dibuang skin gland-nya.
Artinya, skin glands dianggap sebagai faktor penting yang membuat
bayi-bayi itu tetap hidup, ataupun membuat bayi-bayi hamster yg diasuh
oleh kedua ortunya lebih sehat dari bayi yang hanya diasuh oleh induk
betina. Skin Gland rupanya menjadi sumber nutrisi cadangan bagi
bayi-bayi piatu, sekaligus nutrisi tambahan bagi bayi yag ikut diasuh
sang ayah.
Temuan lainnya, menunjukkan bahwa jantan campbell juga mengalami
fluktuasi hormonal yang mirip dengan yang dialami betina campbell pada
masa-masa melahirkan dan menyusui. Level hormon Oestrogen dan cortisol
jantan meningkat sebelum proses kelahiran dan kembali turun setelah
betina melahirkan dan bersamaan ketika hormon testosterone meningkat.
Para peneliti dari Kanada itu juga melaporkan tingginya peran jantan
campbell pada proses kelahiran. Mereka menyaksikan jantan campbell
membantu menarik bayi hamster dari mulut rahim betina yang kesulitan
mengejan (saya juga pernah melihat ini bbrpa kali pada hamster di
rumah).
Sang jantan yang bertanggungjawab ini lantas menjilati cairan ketuban
sang bayi untuk membersihkan tubuhnya, sekaligus untuk membuka jalan
nafas di sekitar mulut dan hidung sang bayi. Setelah bersih, sang jantan
menggabungkan bayi itu ke bayi-bayi lain.
Namun ini hanya terjadi pada campbell. Jantan WW atau hybrid umumnya
"ngilang" dan asyik tidur2an saat sang betina berjuang mati-matian dalam
proses kelahiran.
Pamela Milward dari British Hamster Association (BHA) juga merujuk
hasil penelitian ini saat menulis pada terbitan BHA. Pamela menyebutkan,
memang sudah sejak lama diketahui bahwa Russian Dwarf (baik Campbell
maupun WW) ikut membantu bayi-bayinya. Bahkan Dr Fred Petry, penulis
buku Dwarf Hamsters, menyebutkan bahwa tingkat survival bayi hamster
mencapai 95% pada usia 5 hari ke atas jika sang ayah masih ikut
mengasuh. Sebaliknya, survival rate-nya hanya 47% jika hanya diasuh
sendirian oleh sang induk betina.
Menurut Pamela, karena campbell tinggal di habitat yang keras,
kehadiran jantan saat proses kelahiran sangatlah penting, demi menjaga
kenyamanan sang induk betina, demi kehangatan bayi-bayi mereka,
sekaligus untuk menjaga bayi-bayi jika sang induk kena giliran keluar
sarang mencari makan.
Lantas bagaimana dengan hamster-hamster kita di rumah?
Hasil penelitian Katherine Wynne-Edwards dan koleganya di Kanada,
terbukti banyak benarnya. Saya pernah mengujinya di rumah, dan saya juga
pernah menyaksikan jantan campbell membantu proses kelahiran, memotong
tali pusar bayi, dan membersihkan sang bayi. Setelah semua proses
selesai, sang jantan yang tengah meningkat hormon testosterone-nya
langung minta jatah "kawin" pada sang betina. Malah ada yang sudah minta
jatah sebelum semua bayi sukses dilahirkan.
Saya juga lebih dari sekali menyaksikan bayi-bayi hamster akhirnya
mati karena terlambat disusui, gara-gara sang betina sibuk mengusir
jantan yang minta jatah. Ada jantan yang "mau mengerti" keadaan
pasangannya, tp ada juga yang tidak sanggup membendung hormon
testosterone yang tengah memuncak!
Lantas apa yang harus kita perbuat untuk memastikan bayi2 hamster kita bisa survive
semua?
Menurut saya, dan berdasarkan pengalaman, sebaiknya kita mengenali
karakter induk betina, induk jantan, dan kualitas hubungan mereka. Ada
induk betina yang panikan, tapi ada yang tak acuh dengan kehadiran kita
saat melahirkan dan menyusui. Sebaliknya, ada jantan yang "penyabar" dan
penuh tanggung jawab, tapi ada juga yang tidak.
Lalu ada pasangan hamster yang kualitas hubungannya sangat bagus,
sehingga betina merasa aman dan tenang saat mengasuh bayi-bayinya.
Biasanya betina jadi panik ketika jantan dipisah. Tapi ada pula pasangan
yang kualitas hubungannya kurang baik, sehingga sang betina yang tengah
mengasuh bayi selalu merasa tidak tenang dan tidak menginginkan
kehadiran sang jantan di sekitarnya.
Namun satu hal yang tidak boleh Anda lupakan adalah kemungkinan
lahirnya "bayi-bayi sundulan" (istilah di Indonesia ketika sang induk
kembali melahirkan pada hari ke-18 sampai ke-21 sejak kelahiran
terakhir) jika sang jantan tetap disatukan.
Hal ini akan membuat bayi-bayi baru itu kekurangan jatah ASI karena
kakak-kakaknya masih suka ikut menyusu (minimal ikut cari kehangatan di
bawah perut induk betina). Bayi sundulan umumnya kekurangan gizi. BAyi
sundulan jelas akan menguras energi dan kesehatan induk betina. Bayi
sundulan pun berarti menambah populasi dlm waktu singkat. Dan tambahan
populasi berarti tambahan cost dan waktu.
Tentang Ibu Asuh
Masih terkait dengan kondisi di mana sang induk betina mati karena
satu dan lain hal, pengalaman menunjukkan bahwa induk dwarf (termasuk
roborovski), baik jantan dan terutama betina, memiliki naluri keibuan
yang sangat tinggi.
Untuk mempertinggi tingkat hidup bayi-bayi hamster saya, dan terutama
untuk mempertahankan hidup bayi piatu, Saya sering memberikan bayi
piatu kepada induk hamster lain yang tengah menyusui bayi. Dan hasilnya
cukup mengejutkan bagi saya. Belum ada ibu asuh yang menolak mengasuh
bayi dari induk lain. Baik dari ww/hibrid ke Campbell atau sebaliknya,
bahkan pernah dari robo ke campbell/ww/hibrid dan sebaliknya.
Cuma saja, perlu diperhatikan: usia bayi yang akan dicarikan ibu
asuh, jumlah bayi calon ibu asuh, kondisi bayi yang akan diasuh, kondisi
kesehatan dan track record pengasuhan calon ibu asuh, dan sudah berapa
lama sang bayi malang itu belum menyusu sejak ditinggal mati sang ibu.
Soal kehadiran jantan pada calon ibu asuh? Saya tidak pernah melihat
"Bapak asuh" menyerang atau membunuh bayi asuh.
Artikel ini bertujuan untuk sharing info dan pengalaman kepada para
pecinta, pemelihara, peternak, dan pemerhati hamster. Jangan pernah
melupakan bahwa banyak sekali faktor yang ikut berpengaruh jika
pengalaman dan penelitian di atas coba-coba diterapkan. Mulai dari
faktor kualitas indukan, asupan pakan, pemahaman dan pengalaman dalam
merawat hamster, hingga kondisi lingkungan, dst, dst.
Apapun yang Anda lakukan, dan akan Anda lakukan, sebaiknya disertai
tanggung jawab penuh dan berbekal pemahaman akan risiko-risiko yang
terukur. Salam Hamster!
Source:HFG-Friends dan berbagai sumber.